ArtikelKisah Inspiratif

Jarak Bukan Halangan Menuntut Ilmu

Sudah puluhan pelatihan, bahkan sampai ratusan seminar yang pernah aku ikuti demi mencari sebuah ilmu yang aplikatif yang aku butuhkan di lapangan sebagai seorang pendidik untuk menjadi guru Sekolah Dasar yang kreatif dan inovatif. Aku ingin menjadi guru yang mampu menginspirasi siswa dengan sepenuh hati dan sepenuh hari namun sampai saat itu  aku belum mendapatkan apa yang selama ini Aku cari.
Hingga sampailah pada suatu saat aku melihat sebuah pamflet untuk mengikuti sebuah pelatihan yang lamanya sampai 3 bulan yang dinamakan “School of master Teacher”.
Pamfletnya sangat menggoda  tapi aku belum bisa percaya begitu saja karena banyak juga yang menipu ibarat android casing nya bagus tapi tidak lama dipakai baterai nya langsung low, tapi apa salahnya dicoba ujuk-ujuk mencari sebuah pengalaman, tapi waktu itu aku melihat sponsor Dompet Dhuafa di sebelah kanannya karena itu sudah cukup membuatku  yakin dan memantapkan diri.
Aku langsung menghubungi panitia dan menanyakan tempat dan prosedur pendaftarannya. Aku masih ingat keraguan dari panitia saat itu karena lokasi tempatku berjarak 100 km dari lokasi pelatihan.
Aku masih ingat percakapan waktu itu dengan panitia Pak Rizki Ikhwan kata beliau,” Kami hanya menyediakan konsumsi dan tempat, Pak! dan kami tidak menyediakan transpor Bapak dari Bukittinggi- Padang” mendengar jawaban itu aku langsung melengkapi semua persyaratan yang diminta panitia seperti ijazah dan profil diri.
Masalah transpor tidaklah menjadikan faktor penghambat dalam hidupku karena aku teringat kata-kata bijak dari dosenku waktu mengambil Master di Universitas Negeri Padang “Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan yakinlah itu!” kata beliau sambil menatap mataku yang masih bimbang.
Semenjak itu aku tanamkan dalam diriku bahwa finansial bukanlah menjadikan faktor penghambat untuk menggapai sebuah cita-cita apalagi dalam hal menuntut ilmu.
Setelah semua berkas aku kirimkan lewat email, beberapa hari setelah itu aku mendapat email balasan bahwa aku diterima untuk seleksi tes wawancara dan micro teaching. Sebelum berangkat aku berusaha untuk melengkapi apa yang akan dibutuhkan nanti  saat micro teaching sebelum berangkat  entah beberapa kali aku tampil di kelas supaya lulus seleksi School of Master Teacher serta bagaimana menjawab tes wawancara dengan sopan dan menyentuh hati panitia.
Semua usaha sudah aku lakukan agar lulus tapi aku masih meragukan karena lokasinya yang jauh dari tempatku berada, tapi aku tidak punya cara lain lagi untuk meyakinkan panitia agar mereka percaya kalau aku akan komitmen untuk ikut sampai selesai, karena  yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah berdo’a dan berdoa.
Saat pengumuman tiba aku langsung melihat email dan dihubungi oleh panitia kalau aku termasuk salah seorang guru yang dinyatakan lulus untuk ikut School of Master Teacher. Aku langsung mengucapkan Alhamdulillah betapa senangnya hatiku, hingga teman yang duduk di sampingku bertanya tanya ” Ada apa? aku langsung mengatakan kalau aku lulus School of Master Teacher Dompet Dhuafa di Padang.
Kuliah perdana sudah dimulai di sebuah hotel, namun yang membuatku tertarik adalah bukan tempatnya itu, tapi aku bertemu dengan teman-teman baru yang punya semangat yang sama untuk menempa diri lebih baik. Pertemuan pertama itu sudah mampu menyihirku untuk menjadi guru yang lebih baik dimana yang memberi materi pertama saat itu adalah Pak Agung.
Pertemuan demi pertemuan aku lalui dengan penuh suka cita karena setiap minggu ada saja kejutan yang diberikan oleh mentor-mentor hebat Sekolah Guru Indonesia, hingga saat akhir minggu selalu aku tunggu untuk mendapatkan ilmu baru dan inspirasi yang baru, sehingga perjalanan 100 km itu terasa 1 km PP, karena dihabiskan membaca buku-buku yang sangat menginspirasi yang diberikan oleh para mentor  diakhir pelatihan.
Materinya sangat bervariasi mulai dari bagaimana menjadi guru kreatif, pentingnya Ice breaking dalam pembelajaran, karya tulis ilmiah dan pembuatan media menggunakan barang-barang yang ada di lingkungan sekitar.
Modal yang aku dapatkan di School of Master Teacher mengantarkan untuk menjadi guru berprestasi tingkat kota dan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 hingga finalis tingkat Nasional. Saat itu judul yang aku angkat adalah mengajar operasi hitung bilangan bulat menggunakan media smart Bamboo pada pembelajaran matematika.
Prestasi demi prestasi aku dapatkan tidak terlepas dari bekal yang aku dapatkan waktu pelatihan pada School of Master Teacher, hingga bekal itu selalu memberikan amunisi  dan inspirasi hingga akhirnya sampai ke satu titik yang spektakuker dalam hidupku lulus seleksi untuk mengajar di Sekolah Indonesia Luar Negeri tepatnya Sekolah Indonesia Jeddah sampai sekarang.
Guru Dasril, Aktivis SGI Master Teacher Padang
Jeddah, 16 Agustus 2018

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in:Artikel