ArtikelArtikelTips & Trik Pembelajaran

Tips Agar anak Gemar Beribadah (Usia Pra Sekolah)

Bulan ramadan merupakan bulan tarbiyah atau pendidikan baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. Melihat anak-anak gemar beribadah sejak dini merupakan dambaaan setiap orang tua. Guru Asep Ihsanudin (Ketua Sekolah Guru Indonesia) pada live streaming Ramadan Guru Nusantara berbagi pengalamannya bagaimana tips mengajak anak gemar beribadah.

Menurutnya orang tua memiliki tanggungjawab pendidikan terhadap anak-anak mereka bahkan sejak anak di dalam kandungan. Nama yang diberikan orang tua kepada anak juga akan menjadi starting poin bagaimana anak kedepannya sehingga pemilihan nama menjadi sangat penting kedudukannya dalam islam kita bisa membaca bagaimana rasulullah juga pernah mengganti beberapa nama sahabat yang kurang bagus maknanya diganti dengan nama yang bagus maknanya termasuk nama suatu wilayah.

Dalam memilih nama, orang tua harus menentukan terlebih dahulu harapan terhadap anak kita. Sebagai contoh guru Asep menginginkan anaknya menjadi hamba Allah yang memiliki keimanan kokoh, oleh karena itu beliau mengambil nama salah seorang sahabat nabi yang k memiliki keimanan yang kokoh, nama sahabat tersebut adalah Miqdad yang kini juga menjadi nama anak pertamanya.

Usia pra sekolah merupakan usia yang tepat untuk menanamkan keimanan dan melatih emosi dengan menghadirkan imaji positif atau dalam metode pendidikan disebut dengan peneladanan. Dengan demikian usia ini menjadi usia yang tepat untuk para orangtua mulai menanamkan aqidah kepada anak dengan menghadirkan imaji positif melalui kisah kisah teladan. Miqdad punya beberapa buku yang tidak sembarangan dibeli, contohnya tentang sahabat-sahabat nabi yang disampaikan kepada anak setiap malam sehingga dalam benak anak akan tertanam contoh contoh tokoh hebat yang memiliki akhlaq mulia, keimanan yang kokoh, dan amalan-amalan yang shalih.

guru Asep juga menyampaikan 3 fase mendidik menurut Ali bin abi Thalib yakni fase anak sebagai raja untuk tujuh tahun pertama, anak sebagai pembantu untuk tujuh tahun kedua dan anak sebagai Wazir/menteri untuk tujuh tahun berikutnya. Julukan “raja” untuk anak usia pra sekolah atau tujuh tahun pertama, artinya mereka masih senang bermain-main tanpa harus dituntut menjalankan ibadah-ibadah wajib karena usia mereka belum mumayiz untuk anak balita apalagi menjadi seorang mukallaf. Selain itu, anak usia pra sekolah juga dijuluki sebagai “peniru yang ulung”, dengan mudahnya ia mencontoh segala hal yang dicontohkan oleh lingkungannya. sehingga pada usia ini orang tua perlu menghadirkan peneladanan positif dalam hal ibadah, karakter maupun pembiasaan positif harian lainnya di lingkungan keluarga sebagai persiapan untuk anak memasuki fase mumayiz dan taklif tanpa paksaan. point selanjutnya yang disampaikan guru Asep adalah doakan anak agar senantiasa menjadi insan yang taat beribadah kepada Allah swt. sebagaimana Nabi Ibrahim berdoa : ” Wahai Tuhanku, Jadikanlah Aku orang yang selalu melaksanakan sholat. begitu juga anak keturunanku, wahai tuhanku kabulkan doaku. ” (Ibrahim:40)

Disesi akhir guru Asep menyampaikan bahwa dalam menghadirkan peneladanan positif di lingkungan keluarga, kerjasama suami dan istri mutlak diperlukan, keduanya harus memiliki persepsi yang sama terhadap tujuan pendidikan anak dan tak lelah berdo’a kepada Allah untuk kebaikan anaknya. dibulan ramadhan ini menurut guru asep adalah momentum terbaik menanamkan kebaikan dan kecintaan beribadah untuk anak. beliau menyampaikan mulailah dengan menyiapkan tempat ibadah (mihrab atau mushala di rumah), sebagai tempat khusus beribadah keluarg, kemudian tentukanlah jadwal dan pembagian peran ibadah berjamaah keluarga mulai dari shalat lima waktu, terawih, tadarus al-quran, kultum, dsb. bahkan Ibadah kepada sesama seperti bersedekah juga perlu kita ajarkan kepada anak usia pra sekolah, misalnya dengan membiasakan anak kita berbagi makanan yang ia punya, mengundang teman-temannya ke rumah kemudian mengajak sang anak mentraktir teman-temannya makan bakso, dll.

Guru Asep menutup dengan ajakan agar setiap ayah seyogyanya hadir dalam mendidik anak dan bagi para jomblo untuk terus belajar menjadi ayah meski belum menikah begitupun dengan para wanita agar menjadi orang tua yang sudah siap lahir bathin menjadi orang tua.

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in:Artikel