ArtikelArtikel

Serial Sepuluh Kepemimpinan Guru: Teladan Dalam Beribadah

Serial
SEPULUH KEPEMIMPINAN GURU
Edisi Ramadhan, Hari Pertama

Kepemimpinan Guru yang Pertama:
TELADAN DALAM BERIBADAH

Ibadah merupakan ciri insan beriman. Tidaklah paripurna jiwa seorang guru jika tak punya bekal keimanan. Pendidik mestinya yang paling mendekat kepada Tuhan. Maka dalam hal peribadatan, guru selalu tampil terdepan menjadi sumber keteladanan.

Ibadah bagian dari integritas diri. Menjadi orang baik saja itu kurang sekali. Kepribadian sejati dibuktikan oleh ketaatan beribadah setiap hari.

Semua ibadat di dalam Islam, menurut Harun Nasution (2015: 31-33), bertujuan membuat roh manusia agar tak goyah dan tak mudah terlena. Ibadah bertujuan menjaga diri demi tegaknya supremasi norma beragama. Sehingga ibadah membuatnya dekat kepada penguasa langit, bumi dan segala isinya. Keadaan dekat kepada Tuhan sebagai Zat Yang Maha Kudus ini dapat mempertajam karakter Guru agar selalu terjaga diri dalam kesucian.

Imam Nawawi Al-Bantani dalam buku nasehatnya pernah berkata; Jika ibadah diibaratkan barang niaga, maka berkholwat adalah pasarnya, takwa adalah modalnya, dan Surga adalah keuntungan yang akan didapatkannya.

Semua aspek dalam aktivitas pembelajaran hendaknya dijadikan sebagai sarana beribadah yang dimulai dari keikhlasan dalam berniat. Sehingga keteladanan guru harus benar-benar berangkat dari kemurnian agar mampu memberi dampak manfaat yang kelak benar-benar bisa jelas terlihat. Otentitas niat inilah yang menjadi ruh pembentukan budi pekerti siswa agar berkarakter kuat.

Pendidikan sejatinya memanusiakan manusia dalam jalan ketakwaan. Pendidikan tidak boleh menjauhkan peserta didik dari kekuasaan Tuhan. Tentang ini Sidi Gazalba (1970: 86-88) telah memberi catatan. Bahwa tabiat akal bebas mendorong kepada hal yang baik, namun tak jarang bisa mengajak kepada jalan kemungkaran. Maka di titik inilah pendidikan membutuhkan firman-firman Tuhan.

Melalui keteladan Guru dalam beribadah, ilmu yang semula bebas nilai menjadi begitu bermakna dalam membentuk akal dan juga jiwa peserta didiknya di sekolah. Ilmu yang diajarkan dalam ekosistem persekolahan bukan hanya dipakai untuk pemecahan berbagai masalah, tapi yang utama dijadikan sebagai alat untuk mempelajari semesta raya sebagai kreasi besar ciptaan Allah.

Di penghujung tulisan ini, hendaklah setiap guru mengingat pesan Pahlawan besar kita, Pangeran Diponegoro, yang ditulis dalam babadnya:

“Resapilah bahwa hidup itu titipan. Jangan mempunyai keinginan kecuali hanya kepada Allah, jika mempunyai keinginan sampaikanlah kepada yang menciptakan hidup ini… Pesanku jangan henti sembahyangmu, di siang maupun malam, taatilah itu… persembahkan hatimu di hadapan Yang Ilahi.” (Babad Dipanegara, 2019: 39)

Guru Agung,
GM Sekolah Kepemimpinan Bangsa DOMPET DHUAFA

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in:Artikel