ArtikelKisah Inspiratif

Ramadan Ala Yaya

Aryani Sukma Dwicahya adalah salah satu penerima manfaat Beasiswa Cikal Muamalat-SGI. Anak kedua dari tiga orang bersaudara. Ia lebih akrab dipanggil Yaya. Yaya merupakan salah satu siswa kelas IV (empat) di UPTD Sekolah Dasar Negeri 03 Tanjung Haro Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Yaya anak yang pintar dan berbakat. Ia memperoleh peringkat II (dua) dari 22 orang siswa. Setiap hari Minggu pagi ia mengikuti latihan DACIL (Da’I Cilik) di Kota Payakumbuh yang berjarak 8 km dari rumahnya. Di sekolah, ia juga mengikuti berbagai ekstrakurikuler. Ia anak yang periang dan mudah bergaul. Tak heran jika teman-teman sekelas senang bermain dengannya.
Yaya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ia tinggal di sebuah rumah kecil semi permanen yang terbuat dari kayu dan lantainya hanya berupa tanah. Dan rumah itu pun bukan milik keluarganya, melainkan milik salah satu masyarakat Tanjung Haro yang peduli dan perhatian terhadap keluarganya. Rumah tersebut jauh dari kata layak. Hanya memiliki 1 kamar dan 1 ruangan. Di ruangan itu pula terdapat dapur yang tanpa dibatasi sekat. Di setiap sudut terdapat paku tempat menggantungkan berbagai barang seperti pakaian dan kantong plastik yang berisi beraneka barang. Tikar plastik terbentang di tengah ruangan berukuran 3 x 4 meter.

Ayah Yaya bekerja sebagai petani. Jika tidak sedang musim bekerja di sawah, ia bekerja serabutan. Apa saja yang bisa dikerjakan, yang penting halal. Ia sering diminta oleh tetangganya untuk membersihkan kolam dan halaman, menyabit rumput untuk sapi dan lain-lain. Ibu Yaya bekerja mengurus rumah tangga. Ia tidak ikut bekerja untuk mencari nafkah karena kondisi fisiknya yang kurang normal. Kaki yang sakit, sehingga menyebabkan jalannya pincang.

Kondisi keluarga yang demikian tidak membuat Yaya patah semangat dan merasa rendah diri. Penampilannya di sekolah bersih dan rapi. Ia tetap percaya diri dan rajin belajar. Ia juga rajin membantu orangtua di rumah.


Pada saat fasilitator mengantar mukena untuknya, ia sedang membersihkan ikan di sumur yang letaknya berjauhan dari rumah. Pekerjaan itu ia lakukan sendiri tanpa dipandu oleh sang ibu. Fasilitator merasa terharu. Karena kebanyakan anak seusianya menghabiskan waktu untuk bermain bersama-sama dengan teman, menonton televisi, bermain games di HP dan belum bisa dipercaya untuk mengerjakan hal tersebut. Selain itu, ia juga membantu ibunya memasak untuk berbuka puasa, mencuci piring dan berbagai pekerjaan rumah tangga lainnya. Menurut pengakuan sang ayah, Yaya selalu membantu pekerjaan rumah setiap hari.

Di siang hari selama libur karena wabah covid 19, Yaya bekerja membantu keuangan keluarga. Ia mengupil jagung kering milik tetangganya. Setiap 1 gantang jagung yang siap dikupil akan mendapatkan upah Rp 500,00. Dalam sehari Yaya mampu mengupil jagung hingga 10 gantang. Ia mengerjakan hal tersebut dengan ikhlas, tanpa paksaan dari siapapun juga. Ada kebahagian tersendiri yang terpancar di wajah Yaya saat menerima upah hasil kerja kerasnya.

Semenjak terpilih menjadi penerima manfaat beasiswa Beasiswa Cikal Muamalat-SGI., Yaya istiqomah dalam melaksanakan pembiasaan positif setiap harinya. Ini terbukti dari form habits yang telah diisinya. Selain itu fasilitator juga mengamati secara langsung. Beberapa kali fasilitator berkunjung ke rumahnya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Fasilitator menemui Yaya sedang membantu orang tua, ia mengenakan busana yang menutup aurat. Ayah dan ibu Yaya merasa terbantu dengan adanya program ini. Karena meringankan beban keluarganya dan yang lebih penting lagi adalah perubahan sikap dan kebiasaan yang ditemui pada diri putrinya.

Oleh Aspiadel (Fasilitator Beasiswa Cikal Muamalat SGI di UPTD Sekolah Dasar Negeri 03 Tanjung Haro)

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in:Artikel