Kisah Inspiratif

Prajurit Rembulan (Tribute to Guru Satria)

 

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah, itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (QS. Al Imran:169)

Menjaga mimpi dan membuktikannya, seorang anak muda dari Magetan, memijakkan kakinya di Kampus Sekolah Guru Indonesia, melangkahkan kaki dan memulai amanah yang akan ia emban, amanah yang akan menjadi bekal diakhirat kelak. Tekad kuat dan keteduhan hatinya menjadi kunci utama melanjutkan kehidupan yang diharapkannya.

Kebersamaan dan canda tawa sesama teman seperjuangan bukan hanya obat rindu saat meninggalkan keluraga, lebih dari itu, kebersamaan selalu menjadi rasa syukur disetiap waktu. Saling mendengarkan melalui hati adalah momen-momen yang tak akan terlupakan, walau berlalu, ia akan terus menancap bagai paku yang tak akan layu.

Jalan itu terbentang, air mata perpisahan sementara menjadi alarm pertama untuk memulai amanah, berpisah sejenak dengan teman seperjuangan. Bombana, Sulawesi Tenggara, sebuah tempat dimana perjuangan seorang anak muda dimulai. Satria Prahdana, namanya. Sesuai namanya, ia prajurit yang siap menjada mimpi dan membelanya di jalan Allah.

Canda tawa anak-anak yang menjadi teman mewujudkan mimpi selalu hadir disetiap pagi, anugerah yang diberikan Tuhan tanpa berbayar. Tak lelah ia memberikan yang terbaik saat penempatannya. Senyum yang tak pernah lepas dan keteduhan hati yang makin teduh membuat ia terus dicintai. Sampai akhirnya ia pulang menyebrangi laut biru, ia tetap dicintai.

Cerita empat tahun lalu yang terlalu singkat untuk dirangkum. Ia terus melanjutkan perjuangannya, membuat senyum-senyum baru pada anak didiknya ditempat yang baru. Menjadi yang terbaik di mata Allah, cita-cita yang selalu ia harapkan.

Sampai akhirnya Allah memberikannya kembali sebuah jalan, jalan yang akan ditempuh setiap hambanya, jalan pulang kepada-Nya. Senin yang terus mendung, hujan yang hanya mengambil jeda sejenak untuk kembali menangis, menitipkan pesan bermakna, sang prajurit telah kembali. Perjuangannya selama dua bulan terhenti, Allah memberikan jalan terbaik untuknya. Ia berpulang.

Guru Satria, bukan hanya hujan kemarin yang kehilangan.Tak ada kata tak merindukan. Semua yang sudah kau tanam saat kau memilih mimpi memperjuangkan pendidikan akan menjadi mimpi yang akan terus kami lanjutkan. Seperti yang engkau bilang tentang rembulan, ia hanya dikagumi saat mengalami kesempuranaan tapi hilang saat cahayanya redup ditelan malam, percayalah, mimpimu tak akan ikut hilang. Terima kasih Guru Satria, tetaplah menjadi prajurit di hati kami.

Tribute untuk Alm. Guru Satria Prahdana, Aktivis SGI Angkatan 6.

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Keteduhan Hati Fahri

Saya Guru Nurul, Aktivis Sekolah Guru Indonesia yang kini mengabdi di tanah Sumatera. Mendidik generasi ...