ArtikelArtikel

Menumbuhkan Kemandirian pada Anak

Tak jarang kita temukan anak yang usianya sudah remaja belum bisa menyelesaikan tugas pribadinya sendiri seperti menjalankan ibadah wajib, membersihkan diri, juga merapihkan barang pribadinya. Mengapa hal ini kerap terjadi? Apakah salah jika orang tua melayani dan memfasilitasi anaknya sebagai bentuk kasih sayang? Apakah ini akan berpengaruh kepada kemandirian? Berikut adalah pemahaman yang salah berkaitan dengan kemandirian menurut Guru Andri :
Kemandirian anak dibentuk setelah anak cukup umur. Padahal kemandirian perlu dibentuk sejak lahir hingga akhir hayat.
Anak belajar mandiri secara alami sesuai usia dan perkembangan kemampuannya. Kemandirian tidah hadir dengan sendirinya perlu teladan, stimulus, dan evaluasi dari orang disekitarnya.

Anak harus bisa mandiri terlebih dahulu sebelum mendapat kepercayaan dari orangtua. Jika ia diberi kepercayaan terlebih dahulu dia akan terlatih untuk mandiri
Membangun kemandirian berarti membiarkan anak beraktivitas sendirian. Tugas orang tua tetap mendampingi, tidak dibiarkan sendirian.
Tugas orangtua adalah membantu anak. Tugas orang tua adalah mengarahkan, membimbing, dan memotivasi.
Pengawasan yang ketat, efektif untuk mengembangkan kemandirian anak. Dampaknya anak akan melakukan sesuatu hanya ketika diawasi.
Hukuman dan ceramah dapat membentuk kemandirian anak. Orang tua seharusnya lebih banyak mendengar, berdialog, melakukan refleksi.
Ketika semua keinginan dipenuhi, anak akan merasa berkecukupan dan menjadi mandiri. Sebaliknya ketika keinginan sudah terpenuhi anak cenderung enggan melakukan sesuatu.
Anak harus diberi target yang tinggi agar termotivasi untuk belajar mandiri . Target harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Anak pada dasarnya malas sehingga harus diawasi dan dikontrol secara ketat. Pandangan yang salah ini akan membuat anak semakin malas dan hanya akan melakukan sesuatu ketika dikontrol.

Lalu apa indikator keberhasilan dari kemandirian? Ketika anak mampu melakukan berbagai kegiatan, mengatur, dan memilih serta memutuskan sesuatu dengan percaya diri dan bertanggung jawab. Tentu hal ini tidak sederhana, diperlukan dukungan dari orang tua, guru, dan masyarakat yang ada di lingkungan terdekat untuk dapat menjadi teladan. Karena dalam membentuk kemandirian faktor perilaku, pembiasaan, dan pengalaman yang didapatkan anak dari lingkungan disekitarnya sangat berpengaruh.
Untuk dapat menumbuhkan kemandirian pada anak, anak perlu memahami terlebih dahulu mengapa mereka perlu menjadi lebih mandiri. Sehingga dibutuhkan peran orang tua untuk dapat menjadi seorang pembimbing dan coach yang mengajak anak berdialog, memahami sejauh mana pengetahuan anak terkait kemandirian, mengarahkan sesuai dengan kondisi anak, juga melakukan refleksi berkala untuk melihat sejauh mana respon anak terhadap stimulus yang diberikan. Berikut adalah stimulus yang bisa diberikan untuk menumbuhkan kemandirian pada anak menurut Guru Andri:
Melibatkan anak dalam aktivitas orang tua baik di rumah, pekerjaan atau aktivitas sosial
Menghormati hak anak
Memberi kepercayaan dengan membuat pembagian tugas yang jelas untuk anak
Melakukan evaluasi dan refleksi (dialog) setiap saat
Selamat mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua yang mampu mempersiapkan kehidupan anaknya pada zamannya. (NRS/2020)

Ramadhan Guru Nusantara bersama Guru Andri Yulian Christyanto
Unduh materi Ramadhan Guru Nusantara di:

Lihat lebih lengkap di:
https://www.facebook.com/sekolahguruindonesia/videos/3235944993094750/?flite=scwspnss&extid=ZRLy0vK5uXORvv41

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in:Artikel