ArtikelKisah Inspiratif

Mentari Pendidikan Gumantar

Sinar matahari begitu teriknya membakar sebagian wilayah Kab. Lombok Utara. Tanah gersang berdebu, tumbuhan rerumputan mulai mengering serta pemandangan warga lingkungan desa yang sedang duduk termenung dengan sayu layu wajah menunggu bantuan air tangki datang. Memang benar adanya bahwa wilayah sebagian besar pulau Lombok adalah wilayah tandus dan kekurangan air bersih, beberapa pipa saluran air rusak akibat gempa yang melanda kisaran 3 bulan silam.

Tak menutup kemungkinan keriangan anak Gumantar dengan semangatnya nampak keseriusan diwajah terus menyongsong semangat belajar yang tidak kenal waktu. Seakan euphoria bicara bahwa mereka sudah tidak sabar untuk segera dewasa menjadi insan yang unggul dan berbakti bagi nusa bangsanya. Saat saya dan teman-teman Guru Relawan mengunjungi salah satu teman relawan kami yang di tempatkan di daerah tersebut, bersatu dengan anak-anak saat belajar di siang hari begitu semangatnya mereka belajar tak mengenal lelah serta lupa waktu. Seperti inilah gambaran anak-anak di wilayah pasca gempa.

Saat ini kondisi sebagian besar wilayah yang terdampak gempa masih memprihatinkan dan bisa dikatakan tidak layak untuk belajar dalam keadaan normal, pembangunan sekolah-sekolah semi permanen yang di gagas oleh pemerintah juga belum semuanya terealisasi. Sehingga masih banyak yang belajar dibawah tenda darurat, sekolah darurat bantuan dari berbagai NGO, juga ada yang belajar di bawah pohon rindang untuk menghindari panasnya terik matahari. Kondisi ini masih menjadi pekerjaan bersama bagi kita semua kususnya aktivis kemanusiaan untuk terus bergerak cepat dalam pembangunan di sektor pendidikan. Kita sadar yang paling vital sebuah kemajuan suatu Negara terletak dari kualitas sdm, dapat di ukur dari kesuksesan negara dalam mengentaskan pendidikan.

Suara bisikan dari telinga terus menerus berbisik “kak buatkan saya soal yang banyak, saya mau belajar berhitung, ajari kami kak!”. Kata-kata ini mampu menggetak jantungku berkali-kali dengan penuh rasa yang tak bisa di ukur kebahagiaanya. Dengan kondisi wilayah hancur berantakan akibat gempa hingga kering gersang karena teriknya matahari tidak menghalangi mereka dalam semangat belajar. Seakan-akan jiwa ini beribu kali mendapat teguran dari seorang anak untuk belajar mensyukuri nikmat yang Allah berikan.

Penulis: Wahyu, Relawan Guru Sekolah Ceria Lombok

 

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in:Artikel