ArtikelArtikel

Hidup Aja Susah, Mengapa Harus Peduli?

Sosok guru sebagai pemimpin memang tidak hanya berlaku di kelasnya saja, di tengah keluarga dan masyarakat sang guru tetaplah menjadi sosok pemimpin yang diharapkan mampu memberikan keteladanan, pendidikan dan kontribusi dalam berbagai aspek kehidupan.

Mengajar dari rumah merupakan kegiatan guru di tengah situasi Pandemi Covid-19, kondisi ini membuat guru lebih sering berada di tengah keluarga dan masyarakat. Ekonomi jelas anjlok di tengah pandemi covid-19. Pundi-pundi rupiah si kaya makin menipis, apalagi dengan si miskin jelas semakin berat menanggung biaya hidup. Meski demikian, kita semua diciptakan sebagai makhluk sosial yang dituntut untuk saling peduli. Sesungguhnya rasa kepedulian itu pasti ada, tinggal bagaimana kita mewujudkannya misalnya dengan cara berbagi kepada sesama.

Pandemi Covid 19 juga menggerakkan banyak aktivis guru di Indonesia untuk berkontribusi meringankan beban masyarakat di tengah situasi pandemi ini. Salah satu yang patut kita jadikan inspirasi adalah aksi sosial yang dilakukan oleh para aktivis guru SGI di Provinsi Sulawesi Tengah.

Dalam siaran langsung via Facebook acara Ramadan Guru Nusantara yang digelar pada hari pertama Ramadan 1441 H (24/4) Guru Hasbullah selaku koordinator wilayah SGI Provinsi Sulawesi Tengah membagikan inspirasi aksi berbagi yang senantiasa dilakukan oleh para aktivis SGI di Provinsi Sulawesi Tengah kepada guru-guru di seluruh Indonesia.

Lalu, bagaimana cara kita peduli terhadap oranglain bahkan mampu untuk menggerakkan orang lain untuk sama sama berbagi minimal kepada lingkungan sekitar kita?

Guru Hasbullah memaparkan bahwa mayoriitas aktivis guru SGI di provinsi Sulawesi Tengah adalah guru-guru honorer yang notabene penghasilan mereka tidak sebesar guru PNS. Namun mayoritas aktivis guru merupakan orang-orang yang senantiasa “melihat ke bawah”, hal itulah yang membuat mereka senantiasa memiliki rasa syukur yang berkali-kali lipat. Selain itu, dasar gerakan peduli berbagi yang senantiasa dilakukan para aktivis Sekolah Guru Indonesia Sulawesi Tengah tidak lepas dari pengamalan 10 Nilai Kepemimpinan Guru terutama nilai “Aktif Memberdayakan Masyarakat.

Selain itu, semangat Jiwa Fii Sabilillah yang ditanamkan oleh para Trainer SGI pendahulu di provinsi Sulawesi Tengah menancap kuat di hati para aktivis guru SGI Sulteng. Mereka mengingat betul nasihat yang disampaikan oleh Guru Riki, Guru Silmi, Guru Nardis bahwa para guru harus senantiasa belajar, bergerak dan berbagi. Teladan semangat fii sabilillah ini kemudian senantiasa di contohkan oleh para aktivis guru senior, sehingga aktivis guru muda juga ikut bersemagat.

Budaya masyarakat sulawesi yang juga memiliki tingkat kepedulian yang cukup tinggi membuat Sekolah Guru Indonesia di di mata masyarakat Sulawesi Tengah mendapat apresiasi dan kepercayaan yang baik, banyak komunitas dan masyarakat yang tergerak bergabung untuk membantu dalam setiap aksi sosial yang dilakukan oleh aktivis.

Hal ini tergambar dari pepatah kuno masyarakat sulawesi yang berasal dari bahasa bugis yaitu “Sipakatau, Sipakainga, Sipakalakbirik”. Sipakatau artinya bagaimana kita sebagai manusia senantiasa memuliakan, menghargai dan merasakan kehidupan orang lain. Sipakainga artinya kita sebagai manusia harus senantiasa saling mengingatkan dan mengajak untuk melakukan hal hal kebaikan. Terakhir Sipakalakbirik: bersama sama melakukan kegiatan yg baik dan saling menyayangi.

Aksi peduli berbagi ternyata tidak hanya bisa dilakukan oleh orang kaya dan dalam jumlah besar. Para aktivis guru SGI Sulteng yang mayoritasnya adalah guru honorer, memulai kebiasaan aksi sosial mereka dengan merutinkan patungan sedekah nasi bungkus hari jumat kepada yatim dhuafa. Mereka memulai dengan membuat daftar patungan sedekah di grup Whatsapp setiap menjelang hari jumat, ada yang sedekah 5 nasi bungkus, 2 nasi bungkus, dsb. Lalu, aktivis yang belum bisa bersedekah dengan hartanya pun bisa berkontribusi di lapangan membagikan sedekah dengan tenaga yang ia punya. Ketika sedekah ini sudah menjadi kebiasaan, maka ketika ada bencana yang menimpa saudara-saudara kita, rasaya ada yang kurang jika aktivis kita tidak melakukan suatu pergerakan yang mampu memberikan kontribusi.

Begitu pun pada saat Pandemi Covid-19, SGI Sulawesi Tengah gencar melakukan pergerakan galang donasi dan menyalurkan bantuan. Mereka sudah mengikhlaskan diri untuk membantu sesama, sehingga kata-kata “Kalian Di Rumah Saja, Sedekah anda biar kami yang salurkan” menjadi seruan mereka kepada masyarakat. Mereka memulai dengan membagi tugas penggalang donasi di beberapa wilayah. Donasi yang mereka kumpulkan tidak hanya berupa uang, ada yang punya kain lalu dijahit jadi masker, ada yang punya beras lalu di kumpulkan, bahkan yang paling mengharukan adalah bererapa ton beras yang terkumpul dari aktivis di kabupaten Donggala di kirimkan ke kabupaten Toli toli dalam waktu satu hari pulang pergi dengan jarak 200 KM dan waktu tempuh sekitar 8 jam perjalanan.

Beberapa bantuan yang telah disalurkan diantaranya sedekah nasi bungkus setiap hari jumat, paket sembako, dan APD berupa masker kepada masyarakat yang membutuhkan. Kemudian APD berupa masker dan face shield diberikan kepada tenaga kesehatan dan tenaga keamanan yang menjadi garda terdepan perlawanan Covid-19 seperti pihak kepolisian yang menjaga keamanan di perbatasan wilayah.

Tidak hanya menyalurkan donasi, mereka juga aktif mengedukasi masyarakat seputar pengetahuan Covid 19 agar masyarakat memahami pentingnya menjaga jarak, memakai masker, dan menjaga kebersihan. Mudah-mudahan kebaikan ini bisa menginspirasi kita semua, aktivis pendidikan seluruh Indonesia.

Bangga Jadi Guru, Guru Pemimpin, Menggerakkan INDONESIA

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in:Artikel