ArtikelKisah Inspiratif

Guru Berprestasi Bukan Sekedar Mimpi

“Bergabung bersama SGI membuat perubahan yang besar pada diri saya menjadi lebih aktif, kreatif, inovatif, berfikir maju, senang berbagi ilmu dan lebih berjiwa sosial”

Kita tidak pernah tahu jalan mana yang diberikan Allah dalam kehidupan kita, seperti jalan yang saya tempuh sekarang, jalan yang penuh perjuangan, menjadi seorang guru. Sebuah profesi yang sering dibilang orang pahlwan tanpa tanda jasa. Profesi yang saya dapatkan dari kebaikan-kebaikan yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Karena awalnya saya menolak profesi ini, namun mungkin ini sudah jalannya dan saya akan lakukan sebaik mungkin. Belajar dan terus memberikan yang terbaik untuk setiap anak didik yang saya ajar menajdi motivasi untuk saya terus menambah ilmu dan menjadi guru yang profesional.

Saya anak ke empat dari Sembilan bersaudara. Semasa kecil saya memulai bersekolah di SDN Bambu Kuning, Bojonggede kemudian melanjutkan di SMPN 1 Depok dan selanjutnya di SMUN 3 Depok.  Di SD dan SMP saya selalu mendapat peringkat kelas. Ketika di SMA pun saya selalu menjadi peringkat 2 besar. Tetapi ketika di kelas 3 SMA, waktu itu semester pertama, 2 minggu sebelum Ujian Semester 1 saya main ke rumah kakak saya di Cikarang. Ketika perjalanan pulang saya tertabrak mobil di depan Stasiun Bekasi. Dan 1 minggu tidak dapat masuk sekolah. Ini mempengaruhi peringkat saya. Sampai saya tidak masuk peringkat 10 besar pun.

Ketika di SMA saya ingin sekali melanjutkan ke Universitas Negeri dan saya mencoba masuk melalui jalur PMDK. Ternyata saya tidak lulus karena nilai raport kelas 3 SMA yang tidak masuk peringkat. Dan  ketika itu guru saya menyarankan untuk masuk Program D2 IKIP Jakarta, tetapi saya tidak mau. Dan saya mencoba untuk mengikuti Tes Masuk Universitas Negeri dengan jalur umum (UMPTN). Saya pun tidak lulus masuk Universitas Negeri.

Saya sangat bersedih ketika itu. Padahal saya sudah berusaha belajar dan berdoa. Namun, saya tidak lulus masuk Universitas Negeri. Beberapa hari kemudian ketika saya masih bersedih, Bibi saya datang ke rumah menawarkan mengajar menggantikan guru di sebuah SD yang sedang cuti hamil. Saya langsung mengiyakan ajakan itu, akhirnya saya mengajar selama 1 bulan. Setelah guru yang cuti mengajar kembali, saya tidak melanjutkan mengajar lagi. Tetapi, Kepala Sekolah mengajak saya bergabung di TK nya. Dan saya mengajar di TK nya.

Sambil menunggu Ujian Masuk Universitas Negeri tahun depannya, saya pun mengajar di TK Alusi. Dan Kakak saya menyuruh saya untuk kuliah di PGTK Darul Qalam,Jakarta. Di TK Alusi hanya bertahan 2 bulan karena jarak terlalu jauh. Kemudian saya ditawari mengajar di TK Ichwanul Muslimin namun hanya bertahan dua bulan juga. Setelah itu teman saya mengajak saya mengajar di TK Fatahillah sampai saya lulus PGTK D1. Dan saya sudah tidak menginginkan kuliah di Universitas Negeri lagi karena sudah menikmati mengajar di TK. Ketika  wisuda PGTK D1 saya mendapat penghargaan Mahasiswa Terbaik dengan IPK . Setelah wisuda saya mendapat beasiswa melanjutkan Program D2 di PGTK Darul Qalam. Saya kemudian bergabung mengajar di TKIT Al Iman.

Setelah dua tahun mengajar,suatu hari Kepala Sekolah menawari saya untuk mengikuti Tes Masuk  Guru Bantu Kabupaten Bogor. Kemudian saya mengikuti Tes dan Alhamdulillah lulus. Dan ditempatkan di SDN Pabuaran 03, Bojonggede. Karena ijazah saya PGTK, saya kemudian mengikuti kuliah D2 PGSD di Universitas Terbuka (UT). Tahun 2008, saya diangkat menjadi CPNS di SDN Kedung Waringin 05. Dan tahun 2010 saya menjadi PNS. Saya melanjutkan kuliah S1 PGSD. Tahun 2011 saya mutasi mengajar ke SDN Bojonggede 07 dan sampai sekarang saya mengajar di SDN Bojonggede 07.

Peran sebagai seorang Ibu yang mempunyai anak kecil membuat saya hanya menjalani rutinitas mengajar dan kurang mengikuii pelatihan-pelatihan peningkatan kompetensi guru. Sehingga saya menjadi kurang kreatif. Tahun 2018 setelah saya menunaikan Ibadah Haji, Saya ingin melanjutkan Kuliah S2 tetapi keuangan saya belum mencukupi dan anak ke 3 saya masih kecil baru berusia 2 tahun. Dan awal 2019, Saya lihat status FB  Guru Ade Luthfi Munawar ada rekruitmen peserta Sekolah Guru Indonesia (SGI) Master Teacher Angkatan XXXIII. Kemudian saya bertanya kepada Guru Lia tentang SGI. Dan Saya pun mengikuti tes masuk menjadi peserta SGI MT 33. Alhamdulillah saya lulus Tes SGI MT 33.                 Sebenarnya awal perkuliahan saya ragu, apakah saya bisa mengikuti perkuliahan dari pagi sampai sore di hari Minggu padahal anak-anak saya masih kecil dan di hari libur. Alhamdulillah, suami saya sangat mendukung sehingga saya bisa leluasa mengikuti perkuliahan.

Ketika Perkuliahan pertama saya mengikuti Stadium General (SG) di Kantor SGI Pusat di Parung. Wah, saya senang sekali mengikuti perkuliahan. Karena SGI mengemas suasana perkuliahan dengan bagus sehingga tidak membosankan mulai dari trainer yang membawakan dan materi yang mudah dicerna. Selama tiga bulan kedepan saya bersama teman-teman guru di Bojonggede akan berjuang bersama mengikuti program SGI Master Teacher Angkatan XXXIII. Setiap materi yang diberikan ternyata benar-benar membuat diri saya berubah, ternyata materi-materi yang diberikan oleh Trainer SGI yang dikemas melalui 10 Kepemimpinan Guru membuat saya maki mencintai profesi saya sebagai guru.

Cara saya saat mengajarpun sampai harus diobeservasi, bagi saya SGI memang beda. Hari itu, saya diobservasi cara mengajar di kelas oleh Guru Lia. Saya menyajikan materi tentang Tata Surya dengan model pembelajaran tipe Jigsaw. Di akhir pembelajaran Guru Lia berkata bahwa saya harus mencoba mengikuti Lomba Guru Berprestasi. Saat itu saya menjawab belum yakin dengan kemampuan saya. Selanjutnya hari minggu perkuliahan dengan materi tentang manajemen kelas dan PTK dengan pemateri Guru Firda. Saya banyak belajar tentang pengelolaan kelas dan mengatur tata letak kelas.

Pekan depannya, mimpi itu mulai menyapa,  ketika perjalanan menuju Pondok Pesantren La Tansa tempat anak pertama saya bersekolah, saya mendapat telepon dari Ibu Hj.Eutik Aningsih  pengawas Sekolah Kec. Bojonggede untuk mewakili Kecamatan Bojonggede mengikuti Lomba Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Bogor. Awalnya saya tidak bersedia karena belum yakin dengan diri saya sendiri. Kemudian Ibu pengawas memberikan nasihat agar mencoba mengikuti lomba dan percaya dengan saya karena melihat postingan saya di media sosial tentang kegiatan saya di SGI. Akhirnya saya pun bersedia.

Saya banyak belajar di SGI tentang diri sendiri juga ilmu mengajar. Bersama SGI selain materi secara langsung kami juga kami juga mendapatkan materi kuliah online (kulon) di mana ada pemateri diamana peserta juga kami dapat interaktif dalam diskusi. Apabila ada materi yang belum kami pahami kami dapat menanyakannya langsung pada pemateri kulon. Saat itu saya mendapatkan penghargaan peserta teraktif saat materi kulon tentang Literasi.

Program SGI Master Teacher sampai pada akhirnya. Setelah menjalani proses sidang akhir PTK, guru-guru yang tergabung dalam SGI Angakatan XXXIII Bojonggede melaksanakan  wisuda di Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa Indonesia di Parung. Pada kesempatan ini saya mendapat penghargaan “Jamilah Sampara Award” yaitu penghargaan tertinggi sebagai peserta SGI Master Teacher ini. Penghargaan ini adalah sebuah amanah di mana saya harus aktif berbagi ilmu dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Pasca Program SGI Master Teacher, saya bersama teman-teman SGI Angakatan XXXIII terus aktif berbagi ilmu kepada guru-guru lain dengan mengadakan workshop ataupun pelatihan kompetensi guru di sekolah kami, juga guru- guru di sekolah lainnya. Khusus di sekolah saya sendiri akan mengadakan Rapat Kerja (RAKER) dan saya menjadi salah satu narasumbernya. Selain itu kami juga melaksanakan projek sosial. Pada hari Rabu, 01 Mei 2019 lalu  kami bergerak membantu korban banjir di daerah Cibinong, Citeureup dan Nanggewer. Kami kumpulkan pakaian layak pakai, makanan dan juga uang dari sekolah-sekolah para aktivis SGI dan kami salurkan kepada korban bencana. Bergabung bersama SGI membuat perubahan yang besar pada diri  saya. Lebih aktif, kreatif, inovatif, berfikir maju, senang berbagi ilmu,dan lebih berjiwa sosial.

Akhirnya kesempatan meraih mimpi itu tidak saya sia-siakan, saya  putuskan mengikuti lomba guru berprestasi tingkat Kabupaten Bogor dan saya mendapat urutan juara ke 12 dari 165 peserta lomba. Walaupun bukan juara 3 atau 5 atau 10 besar tapi saya sangat bersyukur bahwa saya sudah bisa mencapai urutan ke 12 pada tahun 2018-2019. Pada tahun 2020, kesempatan mengikuti lomba guru berprestasi tingkat Kabupaten Bogor datang kembali. Belajar dari pengalaman tahun lalu, tahun ini saya mendapatkan juara harapan 1.

Guru Arie saat menerima penghargaan bersama peserta guru lainnya.

Sangat besar pengaruh positif yang saya dapat dari bergabung di SGI. Harapan saya SGI dapat terus menjalankan program-program peningkatan mutu guru dengan dibuka kembali rekruitmen pelatihan untuk guru-guru. Peningkatan program-program literasi sekolah dan program-program kependidikan lainnya. Di sekolah saya lebih kreatif dalam membuat media,display kelas dan menyajikan model pembelajaran yang variatif. Dalam membuat rencana pembelajaran saya lebih memperhatikan ilmu tentang otak dan juga gaya belajar siswa. Saya pun mulai menjalankan program literasi di sekolah dengan membuat pojok Literasi di kelas. Semoga saya dapat terus semangat dalam berbagi ilmu, pengetahuan dan pengalaman. Semangat meneruskan studi S2 dan semangat mengikuti berbagai pelatihan peningkatan kompetensi guru. Motivasi yang selalu saya pegang teguh adalah bahwa hasil tidak akan mengkhianati proses, Man Jadda Wa Jadda.

Terima Kasih SGI dan Dompet Dhuafa Pendidikan.

 

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in:Artikel